Hasil Diskusi: IGAF Open Discussion 2
Aku, Bara, dan Harapanku
Topic 1 : Sampah
Pitcher : Danang Alfath Aldrian dan Maulana Syafiq
Tempat atau tong sampah menjadi sangat vital untuk permasalahan sampah di Bara. Tempat sampah di Bara masih sangat sedikit untuk menampung banyaknya sampah yang dihasilkan per harinya. Tempat atau tong sampah digunakan sebagai tempat penampungan sementara sebelum nantinya diangkut oleh petugas kebersihan. Sudah ada beberapa kegiatan dari mahasiswa maupun dari pihak IPB yang memberikan tong sampah untuk diletakkan di Bara, namun masih saja dirasa kurang oleh warga setempat. Warga siap merawat dan memanfaatkan dengan sebaik mungkin tempat atau tong sampah yang diberikan. Petugas kebersihan berjumlah 4 orang yang bertugas mengangkut sampah di lingkungan Bara, dinilai masih kurang oleh warga setempat. Kurang dari segi jumlah maupun kinerjanya. Seharusnya pemerintah daerah menambah jumlah petugas kebersihan di Bara. Penambahan pendapatan atau gaji dirasa perlu untuk meningkatkan kinerja para petugas kebersihan.
Masyarakat Bara yang terdiri dari warga asli maupun pedagang (pendatang) sangat mengapresiasi penuh kegiatan mahasiswa yang peduli dengan lingkungan Bara. Kegiatan tersebut seperti “Rakpungpah”. Rakpungpah adalah gerakan pungut sampah yang dilakukan UKM IGAF dan beberapa ormawa IPB yang melibatkan masyarakat Bara. Kegiatan ini telah mendorong masyarakat Bara untuk lebih memperhatikan lingkungan terutama sampah. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat menjadi kendala utama. Beberapa masyarakat masih ada yang belum mengetahui kegiatan ini. Seharusnya diadakan sosialisasi terlebih dahulu, lebih baik dengan mengirim surat undangan kepada setiap RT agar lebih mudah mengkoordinasikan kepada setiap warga RT masing-masing. Masyarakat juga menginginkan kegiatan ini tidak hanya eventual (sesaat), perlu adanya keberlanjutan dari kegiatan ini, seperti dilakukan seminggu sekali.
Masyarakat di lingkungan Bara juga menginginkan adanya kegiatan pengolahan sampah dengan mendaur ulangnya menjadi kerajinan. Beberapa tahun lalu ada kegiatan mahasiswa yang melakukannya, tetapi tidak berlanjut sampai sekarang. Tujuannya adalah meningkatkan kreativitas, perekonomian masyarakat setempat dan yang paling penting adalah turut serta mengurangi sampah terutama sampah anorganik (plastik). Permasalahan sampah adalah menjadi tanggung jawab setiap kalangan, baik masyarakat, mahasiswa, pedagang, pemerintah daerah, IPB, dan berbagai pihak lainnya. Perlu adanya kesadaran bersama untuk menyelesaikannya. Kesadaran tentang membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang, dll. Kita berharap bersama nantinya Bara bisa menjadi tempat yang lebih baik, bersih, asri, dan nyaman bagi semua orang.
Topic 2 : Sanitasi
Pitcher : Muhammad Rizal Pratama dan Muhammad Nasrul Qorib
Kesimpulan:
– Sumber air warga babakan raya terdiri dari dua yaitu sumur dan PAM
– Sebagian warga tidak menggunakan septic tank, kotoran dibuang melalui saluran paralon ke sungai kecil dan bermuara di sungai besar.
– Ada program dari pemerintah yaitu pemberian 4 buah tabung besar berguna untuk membuang kotoran namun kondisi sekarang rusak dan tidak dipakai.
– Pemerintah dalam memberikan program kepada masyarakat belum berkelanjutan.
– Kebersihan sampah yang mengurusi adalah POKJA, kendala: mahasiswa di kosan malas membuang ke tempat sampah, POKJA tidak mengambil semua sampah (berukuran besar seperti daun ditinggalkan sehingga berantakan)
– Warga perlu melaksanakan program jumat bersih, karena budaya gotong royong sekarang mulai jarang.
– Himbauan kepada mahasiswa agar lebih dekat dengan warga, sehingga dapat melakukan program kebersihan secara bersama.
– Program sosialisasi sebaiknya diberikan baik kepada warga maupun mahasiswa di kosan, karena warga sendiri mengeluhkan sikap mahasiswa yang bahkan lebih tidak memperhatikan kebersihan di kosan.
– Kebersihan dan sanitasi dapat dicapai jika program dilakukan dengan fokus, serta bekerjasama dengan POKJA, mahasiswa, RT dan RW serta pemerintah.
– Kita mempunyai banyak program tetapi kekurangan terletak pada perawatan yang kurang bahkan tidak sama sekali.
Topic 3 : Kemacetan
Pitcher : Femei Rahmilija dan Sukma Tri Putra
Permasalahan:
– Parkir liar kendaraan bermotor maupun mobil
– Kemacetan terparah di daerah Berlin
– Realisasi Tugu Green dari Forum Wacana
– Kios binaan IPB yang sering buka lapak di trotoar
– Angkutan Umum berhenti seenaknya
– Trotoar malfungsi
Solusi:
– Mengubah pola pikir mahasiswa dan warga
– Membuat halte untuk Angkutan Umum
– Pedagang binaan IPB harus ditertibkan
– Penertiban parkiran untuk pengguna kendaraan pribadi
– Membuat pedestrian untuk pejalan kaki
– Relokasi pedagang dijalanan
– Ikuti sistem dan ubah dari dalam
Topic 4 : Tata Ruang
Pitcher : Maisun Arifah dan Mella Sarah Elmania
Permasalahan tentang tata ruang di Bara:
– Parkiran saat pasar kaget hari minggu
– keterbatasan wilayah namun pedagang semakin membludak.
– Parkir motor tiap toko menggangu jalan
– Apakah ada izin PKL (Pedagang Kaki Lima) untuk membuka lapak?
– Minimnya pengelolaan sampah
– Angkot selalu nge-tem di berlin
– Kios yang memakan trotoar
– Warga asli yang ingin berjualan seakan ‘tersingkirkan’ oleh pendatang
– Dulu di Bara (Babakan Raya) tidak ada kios, namun ketika 1 diizinkan, semakin lama semakin bertambah.
– Tidak adanya izin mendirikan usaha yang jelas oleh pemerintah desa.
– Penataan Bara yang semrawut, parkir memakan jalan.
– Status Babakan yang masih desa, belum jadi kelurahan.
– Simpang siur kepemilikan wilayah, seperti di belakang Bara yang awalnya milik pengelola air daerah namun berdiri plang milik IPB.
– Mahasiswa harus mengalah dengan PKL ketika jalan di trotoar
– Jalanan sudah tidak layak untuk kendaraan
– Sanitasi kurang lancar.
– Desa hanya mengeluarkan surat keterangan usaha, namun tidak mengeluarkan surat perizinan untuk mendirikan usaha.
– Kurangnya pengawasan dari pihak desa
– Studi kasus: Bu Misnih, salah satu pedagang di Bara dipindahkan tempat berjualannya dari depan ke belakang, dan harus bayar 200 ribu ke preman.
– Ada ‘preman’ yang mengatur para pendatang, namun preman tidak berkoordinasi dengan pemerintah desa.
Rencana yang ingin dibuat dan berpengaruh dalam jangka panjang:
– Aturan parkir: pembatasan kendaraan bermotor, kalau bisa yang rumah/kostnya dekat lebih baik jalan kaki saja.
– Bara eco park: belum ada tindak lanjut.
– lebih baik ada ketegasan pengelolaan parkir.
– Kalau melarang penjualan: mematikan pemasukan desa dan mematikan penghasilan penduduk.
– Rencana untuk memindahkan pasar kaget hari minggu, namun perizinan susah.
– Ada rencana pelebaran jalan, namun perizinan susah.
– Susah izin ke IPB, karena 60% tanah bara milik IPB.
Solusi:
– Membuat forum diskusi antara IPB, pemerintah dan warga. Dengan ketersediaan waktu diskusi lebih baik sore hari saja.
– Untuk pengadaan acara, lebih baik diberitakan dari jauh-jauh hari, pendekatan dengan warga bara dan harus di follow-up terus.
– Parkiran harus dibuat regulasi perizinannya, harus ada koordinasi antara pemilik parker serta harus ada pihak yang merangkul.
– Dibuat jam tertentu supaya kendaraan tidak lewat Bara, terutama saat pasar kaget (seperti CFD “Car Free Day”)
– Desa harus membuat perizinan dan regulasi yang ketat untuk mengatur kios dan PKL yang berjualan di Bara.